Ramadhan, Meraih Surga dengan Birrul Walidain

Written on Senin, 06 Agustus 2012 | 16.59


 


Ramadlan adalah bulan yang identik dengan banyak keutamaan. Selama 30 hari diisi dengan aktivitas yang positif dan agamis, misalnya tadarus Al-qur'an, ikut pengajian, majlis sholawat dan lain-lain. begitulah umat muslim sedunia mewarnai hari di bulan Ramadlannya dengan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Saya mempunyai kegiatan sendiri selain yang tersebut di atas yang saya kerjakan di rumah. Mungkin ini terlihat seperti cerita biasa yang tak menarik. Tetapi bagi saya ini seperti sebuah jembatan pelangi yang harus saya lalui sebagai bekal hidup kelak. Sebuah bagian perjalanan hidup yang menjadi tonggak kemandirian dan ketaqwaan pada Allah SWT.


Berawal dari identitas saya sebagai 'mahasiswa' tetapi masih 'pengangguran'. Saya mempunyai dua orang tua yang sangat baik hati dan pengertian. Ibu saya adalah ibu rumah tangga merangkap sebagai penjual sembako di rumah. Sedangkan abah adalah pensiunan guru, tetapi masih mengajar di sekolah swasta.  Kedua adik laki-lakiku masih berstatus pelajar. Maaf, sekilas info dan curcol yaaaa.

Bulan Ramadlan yang jatuh di bulan Juli-Agustus ini berbarengan dengan libur semesteranku yang lumayan panjang. Karena nganggur, jadi saya putuskan untuk pulang kampung saja.Kebetulan Kudus, tempat tinggalku tak terlalu jauh dengan Kota Semarang.

Agendaku menjadi makin padat dibanding saat masih di kos. Saya yang tidak ada kesibukan sendiri harus membantu kedua orang tua. Yang jadi penyemangat saya adalah "Wanita tidak boleh malas-malasan, kudu rajin, biar kalau sudah nikah nanti bisa mandiri'. Itulah Wejangan dari ibu untuk saya, putri satu-satunya.

Hari pertama bulan puasa, aku dan ibuka mengira-ngira jumlah pelanggan kami pasti bertambah banyak. Pagi itu, ibu pun pergi ke pasar dan membeli banyak sayur, ikan, makanan khas untuk buka puasa. Bisa dibayangkan kalau jumlah barangnya hampir memenuhi becaknya si abang becak. semua penuh bahan makanan yang siap jual. sesampainya di rumah, akupun membantu mengambil barang bawaan ibu yang ada di becak untuk dirapikan di meja dan almari. Aku masih sibuk dengan belanjaan, tapi ibuku ini malah asyik smsn sama pelanggannya. Kata beliau, "mau promosi dulu, biar laris." aku cuma ketawa kecil dan mengamini. Setelah semuanya rapi aku juga membantu jaga warung biar nggak kecolongan sama maling. Kadang di sini banyak pengutilnya.

Sambil jaga warung, kubersihkan pula tiap sudut rumah. istilahnya resik-resik omah. Sebelum saya pulang kampung, rumahku termasuk berantakan. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alhamdulillah saya datang, jadi bisa sedikit membantu.

Satu hal yang sangat saya sukai saat bulan Ramadlan adalah saya bisa belajar masak. Hehe. memang saya tidak terlalu mahir untuk yang satu ini. Menu andalan cuma nasi goreng, mie instant spesial, varian telur, kue martabak, dan terong crispy.Terlalu gampang dibuat sembarang orang bukan? Nah, berawal dari bantuin mengupas bawang, menggoreng kentang, saya jadi tertarik cooking class. Pertama, saya jadi sering bertanya resep yang akan dimasak. Tapi, makin sering memasak, jadi lebih 'agak' lihai. Akhirnya, saya sudah bisa mengira-ngira menu dan hanya sedikit konsultasi sama ibunda tercinta.

Walaupun membersihkan rumah, menyapu, mencuci piring, mencuci baju, menyiapkan menu berbuka puasa dan lain-lain terlihat seperti kegiatan sepele, tetapi sebenarnya merupakan pekerjaan berat karena membutuhkan ekstra tenaga, apalagi itu saya lakukan di bulan puasa. Saya harus lebih sabar. tetapi semua itu saya lakukan dan persembahkan untuk menyenangkan hati kedua orang tua. 


Seperti tersurat dalam Al-Quran surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa' : 23-24]



Saya yakin, apa yang saya lakukan sekarang ini tidaklah seberapa dibandingkan dengan yang mereka lakukan untuk membesarkan saya dan adik-adik. Untuk sementara ini, itulah yang bisa saya tunjukkan sebagai bukti bakti saya pada mereka. Syukron Ya Ummi, syukron Ya Abii. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Amiin.

Ditulis Oleh : Diary Fisika

diary fisika Anda sedang membaca artikel berjudul Ramadhan, Meraih Surga dengan Birrul Walidain yang ditulis oleh Diary Fisika Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 16.59

2 comments:

  1. Yang penting semangat kak, n gak neko-neko, terus lurus di jalan ALLAH SWT.

    Semoga mendapatkan lailatur qadar ?


    Salam kenal dari www.sagitasoft.com

    BalasHapus
  2. amiiin. terimakasih atas kunjungannya.

    BalasHapus

SIMAK VIDEO PENJELASAN DI YOUTUBE

Social Plugin